Jumat, 27 Maret 2009

BINTANG solois pendatang baru musik Indonesia, Afgan, kian bersinar. Hits-nya berjudul Terima Kasih Cinta berhasil merajai tangga musik tanah air. Prestasi tersebut betul-betul membuat pria kelahiran Jakarta 27 Mei 1989 itu bangga. Apalagi setelah mengetahui album perdananya Confession No 1 mendapat respon positif di tengah masyarakat, terutama kaum hawa. Sama sekali di luar dugaannya.

‘’Setelah lounching album aku mampir ke EX Plaza. Rencananya aku mau beli CD albumku. Kan, aku belum punya. Ternyata sampai di sana sudah habis. Gila, enggak nyangka. Aku seneng banget albumku laku juga,’’ katanya pria bernama lengkap Afgan Syah Reza itu.


Perasaannya tambah bahagia ketika mendengar ada seorang pemain sinetron menyukai lagunya, namanya Tyas Mirasih, mantan pacar Bams ‘’Samson’’.
Afgan sempat berbincang dengan Tyas via telepon. ‘’Aku merasa bukan siapa-siapa. Kalau dia suka, aku sangat tersanjung. Terlepas kabar itu benar atau tidak,’’ katanya menanggapi isu mengenai keinginan Tyas yang ingin pacaran dengan penyanyi pendatang baru berinisial ‘’A’’.

Ingin Main Film
Praktis, semenjak menancapkan kariernya di ranah industri musik hidup Afgan berubah 180 derajat. Ia bukan lagi pemuda biasa. Orang-orang mulai mengenalnya sebagai generasi baru penerus penyanyi solo kesohor seperti Glen Fredly, Marcel dan Tompi. Tawaran manggung dan permintaan wawancara di berbagai media massa bikin Afgan kelimpungan.
Maklum, selain sibuk menyanyi Afgan ngotot menyelesaikan studinya di Universitas Indonesia. Ia adalah mahasiswa semester 2 Fakultas Ekonomi kelas Internasional. Kalau tidak ada aral melintang, rencananya tahun 2009 mendatang Afgan melanjutkan studi ke Negeri Kanguru, Australia.
Tetapi tunggu dulu. Sebelum ke Australia, Afgan ingin menyelesaikan pekerjaannya di Jakarta. Kini, ia tengah mempersiapkan materi lagu untuk album selanjutnya yang akan keluar akhir tahun ini. Belum lagi meneruskan pembicaraan mengenai tawaran main film dan membikin sound track. ‘’Aku ingin banyak terlibat di album kedua dengan membuat beberapa lagu. Aku juga kepengin main film apalagi bikin sound track. Kan, semester tiga aku punya waktu luang. Jadwal kuliahku lebih longgar,’’ kata pria berlesung pipit itu.
Memang, jalan hidup Afgan seperti dilingkupi keberuntungan. Ia sama sekali tidak pernah kepikiran bakal menjadi penyanyi terkenal. Dulu yang ada di kepalanya hanya sekolah, kemudian menjadi pekerja kantoran.

Mental Terpuruk
Terjun ke dunia musik, kata Afgan, awalnya iseng-iseng nyanyi. Sekitar pertengahan 2007 ia bersama teman-temannya main ke Studio Wanna Be, yang belakangan jadi label rekaman. ‘’Pulang dari studio, mereka mencari-cari aku untuk menawarkan rekaman, cuma enggak ketemu. Beberapa bulan kemudian, aku ke studio itu lagi. Mereka pun ingat wajahku, lantas menawarkannya,’’ kata Afgan.
Afgan sendiri menganggap tawaran itu isapan jempol belaka. Ia sama sekali tidak tertarik. Ia tahu betul bahwa dirinya sangat pemalu dan termasuk pribadi yang tertutup. Tetapi keyakinan itu muncul setelah ia mengetahui idolanya Dian Pramana Putra akan menyumbangkan lagu untuk materi albumnya. Ia pun berusaha mencoba. Saat proses recording album perdana ia kesulitan menunjukkan kemampuan olah vokal di hadapan banyak orang. Sifat pemalunya kumat. Kendati berada di dalam studio kepercayaan dirinya sudah porak-poranda. Tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya. Ia malah diam saja. ‘’Take vokal saja aku grogi. Bagaimana kalau nanti menyanyi di depan umum, bisa pingsan nih. Waduh bagaimana ya, aku sampai stres mikirin. Akhirnya aku bilang ke label mengenai kendalaku,’’ ujar anak kedua dari empat bersaudara pasangan Lola Purnama dan Loyd Yahya itu.
Sifat pemalu, kata Afgan, memang bawaan sejak kecil. Ia pun tidak bisa menjelaskan kenapa bisa menjadi seperti itu. Bahkan, ketika duduk di bangku sekolah dasar orang tuanya sampai dipanggil guru karena dirinya jarang sekali bicara dengan teman-temannya.
Duduk di bangku SMP sampai SMA sifat itu masih saja melekat. Kepercayaan dirinya belum terangkat. Ia tidak bisa bergaul dengan teman-teman sekolahnya, malah cenderung menghindar. Jam sekolah kelar, ia langsung pulang. ‘’Dulu aku cupu (culun punya). Jadi aku minder. Teman-temanku hanya orang yang senasib denganku. Jujur, aku merasa masa remajaku sia-sia,’’ sesalnya.
Karena sifat itu pula, tutur Afgan, orang-orang di sekitarnya memandang dirinya sebelah mata. Mereka menilai Afgan tidak akan menjadi apa-apa. Hal itu membuat mentalnya terpuruk. Namun, sekarang Afgan jauh berbeda. Dimulai saat enam bulan masa produksi album perdana.
Saat itu batin Afgan tersiksa. Dua hari sebelum pentas di kafe ia kerap dihantui demam panggung. Pikirannya kalang kabut. Ia stres berat bahkan sampai masuk rumah sakit segala. Tetapi, lambat-laun ia merasakan manfaatnya. Keberaniaannya mulai terkumpul. Pelan tapi pasti ia pun bisa bernyanyi di depan umum sekaligus berinteraksi dengan penonton.
Bagi Afgan yang namanya terinspirasi dari perang Afganistan, hasil yang telah dicapainya merupakan semacam pembuktian kepada orang-orang yang dulu menganggapnya sebelah mata.

Hijrah ke Australia
Baru saja memulai karir bermusiknya, Afgan sudah siap pergi. Penyanyi baru yang disebut lucu oleh Tyas Mirasih itu memilih pindah ke Australia. Kepergian Afgan ke benua kangguru itu dilakukannya demi pendidikan. Pria kelahiran 27 Mei 1989 itu berniat melanjutkan studinya di sana. Kini Afgan tengah cuti kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. ‘’Gue dapat kuliah di sana sebelum ditawarin rekaman. Bangga aja akhirnya bisa tembus,’’ ujar Afgan.
Jika semua lancar, pelantun lagu Terima Kasih Cinta itu akan terbang ke Australia pertengahan 2009 mendatang. Afgan akan menetap 1,5 tahun di sana. ‘’Sekarang sih semester tiga cuti buat nyelesaiin kontrak album. Nanti kalau udah kelar langsung berangkat,’’ jelas pria berkacamata tersebut.(Ridwan-CCMD/nto)